Monday, September 15, 2008

Anak-anak kesayangan di 8A

September 15, 2008

Monday

Akhirnya…

Hari ini saya bisa mengajar dengan lancar. Pf…sempat sedikit nervous sebenrnya, pagi-pagi malah, padahal jadwal mengajar saya di dua jam terakhir. Seiring berjalannya menit-menit di sekolah, akhirnya nervousnya hilang. Saya kan tipe orang kalem….pit-lempit, jadi senervous apapun akhirnya ya hilang juga dan kembali ke sifatnya yang glodag-glodag. Saya –back to nature- cengengesan dengan teman terdekat –bangkunya maksudnya- kalau jail…mm…saya agak berkurang seminggu terakhir ini, jadi saya hari ini tidak mengusili siapapun.

Saya sudah menyiapkan RPP dan materi sejak malam sebelumnya. Ditotal-total…tidur saya baru empat jam. Biasa sih, selama puasa waktu tidurnya bisa berkurang, tidur malam bangun jam 3, habis sahur ya terus melek. Saya baru tiga kali tidur subuh setelah sholat, yang riil dua kali, soalnya yang satu Cuma tidur-tidur ayam.

Kembali ke RPP. Sebelumnya saya sempat dibuat sibuk membolak-balik halaman-halaman buku, sambil sms-an dengan teman yang besok juga akan mengajar,hehehe. RPP selesai malam, pagi setelah sholat subuh saya mengedit dan mengetik daftar nilai anak-anak. Pf…

Saya sampai di sekolah jam 8.54. sudah hampir komplit para penghuni markas PPL. Salaman-salaman dengan para gadis, yang cowok nggak, trus duduk, prepare bahan ajar. Ada satu hal yang membuat saya kehilangan muka di hadapan semua makhluk hidup dan benda tak bernyawa. Saya SALAH mengoreksi jawaban anak sebanyak 2 nomor! Bayangkan, bisa masuk neraka saya gara-gara itu. Hiks… kesal, malu, campur kecewa. Yang tahu paling tiga orang: guru pamong, saya, dan teman PPL saya. Shame on me! Harus ditebus secepatnya, kalau nggak bisa kurus saya dimakan dosa akademik.

Dosen pendamping PPl juga datang. Ngobrol ini itu. Lumayan, saya dapat compliment atas RPP yang saya buat dengan setengah asal-asalan.

Waktu mengajar… awalnya saya pasang tampang sangar, jutek, bete, sekaligus marah. Ini dalam rangka menghajar anak-anak ‘braok’ di kelas A. Empat menitan saya biarkan mereka rame sendiri-sendiri sementara saya pasang tampang sangar. Then... mulai deh pelajaran, dan –otomatis- tampang sangar saya memudar dan berubah jadi tampang biasa. Sesekali saya pasang muka jutek juga –khusus untuk menyentil murid-murid kesayangan. Materi hari ini How to Invite dan Personal Letter.

“I’m going to have a birthday party next week and... i want to invite you. Would you come to my birthday party?” tanya saya begitu cuap-cuapnya mereda.

Plenggong… itu reaksi pertama murid saya

Saya ulangi pernyataan sekaligus pertanyaan saya.

“Maukah.. e... pesta ulang tahun Bu…” reaksi kedua sedikit agak ‘nyaut’

Saya ulangi plus menerjemahkan

“Oooo….” Reaksi ketiga lebih konyol

Saya ulangi lagi –gustii….

“Yess….” Reaksi keempat paling keren sedunia –waktu itu.

Kemudian saya tambah “Tapi Birthday party-nya on Monday at eight in the morning. Kalian sekolah to?”

“Diundur aja bu…”

Hek… ganti …

Saya tambah lagi pertanyaan yang hampir sejenis.

“I’m going to have a wedding ceremony next two months. Would you like to come to my wedding ceremony?”

"Wedding… bu… upacara pernikahan?" reaksi pertama.

“Ya, upacara pernikahan, pesta pernikahan,”jawab saya.

“Yes.” Jawaban mereka masih sangat irit dan belum mencapai target yang saya mau.

Saya ulangi pertanyaannya.

“Wuis, cepet banget,”reaksi kedua -normal- tapi nggak tepat.

Saya tanya lagi pada seorang ‘murid kesayangan’.

“No…”jawabnya agak takut-takut males.

Bagus deh, emang semuanya cuma pertanyaan pengantar yang saya karang-karang supaya kedengaran agak riil, maksudnya supaya mereka tertarik, begitu. Lumayan lah. Saya memang ulang tahun bulan ini, tapi kalau nikah? Jangankan dua bulan ke depan, satu tahun ke depan saja saya nggak tahu, hehehehe.

Heh… bagian pembuka yang konyol untuk pelajaran saya ever deh.

Sekonyol apapun, akhirnya saya bisa tetap mengajar dengan lancar –menurut saya. Anak-anak A lumayan agak bisa diajak mikir. Padahal minggu lalu saya sempat ngamuk dan nyetrap empat ‘anak kesayangan’ berdiri di depan kelas sampai bel pulang, hehehe.

Alhamdulillah hari ini saya mendapat reaksi tak terduga dari anak-anak.

Saya menyuruh mereka membuat personal letter, bagian heading dan salutation sudah dikerjakan bersama-sama. Berhubung sudah bel, ya terpaksa untuk pe-er.

“Tugasnya mau dinilai apa enggak?”tanya saya sebelum pulang.

“MAuuuu no buu….,”glek, saya kira mereka mau bilang ‘nggak usah bu…’ bener-bener, hari ini saya bisa bilang 'sayang' sama mereka –dalam hati lho.

Alhamdulillah deh.

Pokoknya I love teaching.

No comments: